1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Ghassasinah
Kerajaan Ghassan terletak di bagian Selatan Syam (Suriah). Ibu Kotanya adalah Jallaq (Damaskus). Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan yang berdiri di tanah Arab bagian Utara. Berdiri dibawah kekuasaan Kemaharajaan Romawi Timur yang didirikan oleh Banu Jafnah yang merupakan pindahan dari Yaman.[1]
Ibukota Kerajaan Ghassan di Jabiyah yakni di Dataran Tinggi Golan. Secara geografis, Kerajaan ini menduduki sebagian besar di Suriah, Palestina, Yordania dan Hijaz Utara sampai selatan sebagai Yatsrib (Madinah).[2] Karena letaknya yang strategis, Kerajaan ini bertindak sebagai wali dari rute perdagangan, diawasi suku Badui dan merupakan sumber pasukan untuk raja Bizantium. Ghassan berada di tengah-tengah anatara Kaum Tadmur (di Utara) dan Kaum Nabbasia (Selatan). [3]
Banu Jafnah pindah dari Yaman disebabkan oleh rubuhnya Bendungan Ma’rib. Mereka berpindah menuju Utara hingga sampai ke sebuah daratan yang bernama Dataran Hauran, yang terletak di sebelah tenggara Damaskus (Damsyik). Mereka menetap di sekitar sebuah mata air yang bernama “Ghassan” sehingga Banu Jafnah ini dikenal dengan sebutan Ghasasinah.[4]
Kerajaan Ghassan berdiri ketika Kemaharajaan Romawi dalam keadaan kacau “ Masa kekacaan dalam ketentaraan”. Kekacauan ini bermula pada tahun 180 M sejak meninggalnya Kaisar Marc Aurele(161-180M). Kekacauan ini adalah akibat dari serangan-serangan kilat yang dilancarkan oleh raja Iskandar Zulkarnain (Alexander Agung).[5]
Kekacaun berakhir pada masa pemerintahan Kaisar Diocletien(284-305M). Pada saat inilah Banu Jafnah berpindah dari Yaman ke bagian Selatan negeri Syam (sekitar th 205M). Ketika Banu Jafnah datang ternyata sudah ada kabilah Arab lain yang telah lebih dulu datang ke dataran Hauran yakni kabilah Dhaja’imah. Kabilah ini juga berasal dari Yaman. Namun, dua kabilah ini tidak bisa hidup bedampingan dan akhirnya timbullah peperangan diantara keduanya. Peperangan ini sengaja dibiarkan oleh Kaisar Romawi dengan alasan untuk melihat siapa diantara mereka yang lebih unggul dan lebih tahan dalam perjuangan.
Peperangan itu dimenangkan oleh Banu Jafnah. Kaisar Romawi langsung mendekati mereka dan ditetapkan raja-raja atas Bangsa Arab yang berada di Syam (Suriah) dengan sebutan kerajaan Ghasasinah pada tahun 210 M.
Pada perjalanannya kerajaan Ghassan sering bergolak dengan kerajaan Manadzirah yang berada di bawah kekuasaan Kemaharajaan Persia. Penyebab pergolakan ini adalah permasalahan perbatasan wilayah laut. Selain itu juga ketika Romawi dan Persia bergolak maka Ghasan dan Manadzirah pun bergolak.
Kerajaan Ghassan mempunyai kebudayaan yang tinggi dan menganut agama Masehi yang diterimanya dari bangsa Romawi dan merekalah yang memasukkan agama Masehi itu ke Jazirah Arab. Kebudayaan dan cara hidup menjaga corak dan tradisi Yaman[6].
Ada sumber yang mengatakan bahwa Bani Ghassaan menganut Kristen yang dicampuri unsur Monofisit Lokal, menganut bahasa Aramaik dan bahasa Arab. Karena bani Ghassan tinggal di wilayah Bulan Sabit Subur, mereka dapat menggunakan dua bahasa; yaitu bahasa Aramaik dan Bahasa Arab.[7]
Jasa kerajaan ini yang terpenting ialah mereka telah memegang peranan dalam menyiarkan berbagai macam jenis kebudayaan Persia dan Romawi ke Jazirah Arab. Mereka ibarat jembatan yang dilalui oleh iring-iringan kebudayaan dari Negara Persia dan Romawi dalam perjalanannya menuju ke Jazirah Arab. Diantara jenis-jenis kebudayaan itu ialah agama, ilmu pengetahuan umum, penulisan dan bacaan, ilmu pengetahuan ketentaraan dan lain-lain[8].
[1] Mukhtar Yahya. 1985. Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Hal 177
[4]Mukhtar Yahya. 1985. Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Hal 177
[5] Mukhtar Yahya. 1985. Perpindahan – Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Hal 178
[7] Phillip K Hitti. 2006. History of The Arabs. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. hal 97
saya ingin mengetahui gmana caranya mendapatkan beasiswa ke brunaie
BalasHapus